Akhir Oktober lalu, Sahabat
KITA kembali berbagi dalam program kegiatan catur wulannya yaitu Safari Desa.
Jika pada safdes (Safari Desa) sebelumnya Sahabat KITA bertandang ke Naringgul,
Cianjur Selatan, maka Safdes kedua giliran selatannya kota dodol, Desa Bojong,
Pameungpeuk-Garut yang menjadi petualangan bersafari selanjutnya. Tak ingin
sampai tengah malam di Desa Bojong, SaKI (Sahabat KITA) pun mempersiapkan
segala keperluan beberapa hari sebelumnya. Tanggal 25 Oktober tepat pukul 15.00
waktu Cipadung, rombongan KITA Indonesia berangkat. Kali ini, antusias SaKI
dalam kegiatan Safdes Edisi Desa Bojong sangat tinggi. Tiga mobil dan tiga
motor pun mengantarkan 26 SaKI tak lupa dengan 800 paket alat tulis, baju layak
pakai dan beberapa bantuan lainnya.
Perjalanan Menuju Desa Bojong
Perjalanan dipimpin oleh peta
berjalan KITA, siapa lagi kalo bukan Ardi. Kali ini Ardi tidak mengemudikan
mobil karna sudah ada Dimas, Budi dan Reza yang menjadi driver-driver tangguh
sejagat raya. Bersama Ebi dan Kino, Ardi memimpin perjalanan dengan motornya.
Kelihaian Ardi, Ebi dan Kino mengendai sepeda motor mengantarkan mereka sampai
pertama kali di pemberhentian pertama di Garut. Sesaat sebelum adzan magrib,
enam anak manusia (Ardi, Jaka, Kino, Anisyah, Ebi dan Ade) yang mencoba
perjalanan ke Pameungpeuk dengan motor ini mereganggkan otot-ototnya dan
mengisi cadangan makanan dalam tubuh mereka. Lama tak terlihat rombongan mobil
lewat, salah satu dari anggota genk motor menghububngi SaKI yang masuk dalam
daftar rombongan mobil. Bagai disambar petir tengah hari ketika mendapat kabar
rombongan mobil masih ada di Bandung karena macet dan mobil yang dikendarai
Reza dan Dimas terpaksa masuk bengkel. Sementara mobil tua yang dibawa Budi
sedang dalam perjalanan menuju Garut.
Selepas adzan magrib, genk
motor KITA melaksanakan shalat magrib di sebuah pom bensin terdekat sambil
menunggu rombongan mobil sampai di Garut. Hingga adzan isya berkumandang
rupanya mobil yang dikendarai Budi telah melewati tempat genk motor
beristirahat. Setelah berkoordinasi genk motor pun melanjutkan perjalanannya
menuju alun-alun Cikajang. Sampai di Alun-alun Cikajang, rombongan genk motor
bertemu dengan Budi dan SaKI yang lain. Budi berserta rombongannya memutuskan
untuk berangkat terlebih dahulu, sementara genk motor memutuskan untuk candilight
dinner di rumah makan pinggir jalan sekitaran alun-alun. Dua mobil SaKI
yang lainnya pun terlihat menyusul rombongan Budi. Itu artinya, tinggal geng motor
yang ada dibelakang konvoi.
Setengah jam kemudian, geng
motor melanjutkan perjalanannya. Langit Garut saat itu tampak kurang
bersahabat. Bintang dan bulan enggan untuk menemani perjalanan SaKI. Kabut
tebal di Gunung Gelap menyambut kedatangan rombongan SaKI. Angin malam pun
menyapa hingga tulang rusuk. Dingin sekali. Jaket tebal yang dipakai genk motor
tak lagi menghangatkan. Tak adanya lampu penerang jalan membuat semua rombongan
harus siaga satu saat melewati Gunung Gelap. Usai melewati Gunung Gelap,
perjalanan rombongan SaKI harus berhadapan dengan jalan yang tidak mulus.
Banyak jalan berlubang sepanjang jalan menuju Pameungpeuk. Hal ini tidak lantas
membuat rombongan SaKI putar balik dan menyerah.
Tepat tujuh kilo sebelum sampai
di Pameungpeuk, kini giliran genk motor yang harus mampir ke bengkel. Saat itu
jam menunjukkan pukul 22.00. Ban belakang motor yang dikendarai Ardi bocor dan
harus diganti. Sementara sepanjang jalan tidak ada bengkel yang masih buka.
Terpaksa Ardi mengendarai motornya dalam kondisi yang menyedihkan. Kino yang
semula membonceng Anisyah, berganti dengan Jaka, dan Ebi membonceng Ade dan
Anisyah. Setelah setengah jam berlalu, genk motor menemukan bengkel yang masih
buka (buka 24 jam). Tanpa pikir panjang, Ardi mengarahkan motornya menuju
bengkel tersebut. Sambil menunggu, Ade dan Anisyah mencari tempat yang nyaman
untuk memejamkan mata, membiarkan dirinya terlelap, karna tidak mungkin tidur
selama perjalanan. Setengah jam berlalu. Motor Ardi sudah kembali seperti satu
jam yang lalu. Perjalanan pun dilanjutkan.
Tepat pukul 00.00 geng motor
akhirnya bertemu dengan tiga mobil rombongan SaKI yang sejak tadi harap-harap
cemas menunggu. Bak, menanti keluarga yang pergi jauh merantau, SaKI menyambut
dengan suka cita dan wajah harap-harap cemas. Satu-persatu dari genk motor
ditanya kondisinya. Inilah yang menjadi ciri khas dari KITA Indonesia. Semua
adalah keluarga. Tak ingin membuang waktu, setelah temu kangen perjalanan
dilanjutkan. Menurut Epul (ketua pelaksana), perjalanan menuju Desa Bojong
sudah dekat. Semangat untuk cepat sampai di Desa Bojong kembali menggebu.
Jalan menuju Desa Bojong
ternyata tidak jauh berbeda dengan perjalanan menuju Naringgul pada Safdes
Episode Naringgul. Kondisi jalan yang rusak sepanjang jalan. Penerangan jalan yang minim menambah
suasana mencekam. Beberapa SaKI pun mengeluhkan jalan yang rusak. Untuk
membakar semangat dan menghibur diri, Budi bersama SaKI dalam mobilnya
menyanyikan lagu-lagu kebangsaan. Hal ini menimbulkan gelak tawa bagi rombongan
SaKI yang lainnya. Beberapa SaKI yang lain pun akhirnya ikut bernyanyi
sepanjang perjalanan.
Satu jam kemudian, rombongan
akhirnya tiba di rumah Pak Qomar, Kepala Desa Bojong Kidul. Setelah
menyampaikan maksud dan tujuan kedatangan KITA Indonesia ke Bojong, rombongan
pun dipersilahkan untuk istirahat di dua rumah yang sudah disiapkan sebelumnya.
Berbagi ke sekolah-sekolah

Usai mengisi cadangan makanan,
kini saatnya bersiap menuju sekolah-sekolah. Para SaKI pun dibagi menjadi tiga
kelompok besar sebelum menuju sekolah-sekolah. Disesi pertama, ada tiga sekolah
yang harus dikunjungi. Jaraknya pun saling berjauhan. Dalam satu kelompok
masing-masing bertanggungjawab pada agenda kegiatan yang akan dilakukan selama
di sekolah. Ada yang menemui kepala sekolah dan guru-guru, bermain dengan
anak-anak, memberi motivasi kepada anak-anak agar melanjutkan sekolah
setinggi-tingginya, membagikan paket alat tulis dan mendokumentasikan kegiatan.
Namun, jumlah siswa diseluruh
sekolah mencapai angka 900-an. Sementara paket alat tulis yang dibawa hanya
800. Hal ini sempat menjadi perdebatan diantara founding father’s. Akhirnya,
dengan terpaksa, tiga kelompok besar yang telah dibagi kembali diubah hanya
menjadi dua kelompok. Satu kelompok menuju sekolah yang paling dekat dan banyak
siswanya. Sisanya menuju dua sekolah yang memang jauh dari tempat para SaKI
bermalam. Sehingga, jika masih ada sisa paket alat tulis, SaKI akan mendatangi
sekolah yang paling jauh dari base camp. Tak ingin kehilangan momen bersama
anak-anak di sekolah, para SaKI segera bergegas menuju sekolah yang telah
ditentukan.
Sesampainya di sekolah, para
SaKI segera meluncur dan berbaur dengan anak-anak yang tengah bermain di
lapangan sekolah. Di sekolah pertama, (SD Bojong 1) pihak sekolah menyambut
SaKI dengan hangat. Mereka juga memfasilitasi rombongan SaKI dengan sound
system sederhana yang biasa digunakan saat upacara setiap hari seninnya. Baik
guru-guru maupun anak-anak, semuanya ikut dalam suasana gembira. Gelak tawa
mewarnai kebersamaan yang walau hanya sesaat. Tak lupa, para SaKI memotivasi
agar tetap terus sekolah setinggi-tingginya. Wajah mereka semakin bersemangat
ketika para SaKI membagikan bingkisan paket sekolah satu persatu. Para SaKI sendiri
ikut dalam suasana haru.
Itu tadi cerita di sekolah yang
dikunjungi oleh Sita, Puji, Epul Jaka dan yang lainnya. Nah, ini cerita di
sekolah yang kunjungi Dimas, Eqie, Budi, Chandra dan yang lain yaitu SD Bojong
2. Saat SaKI datang ke sekolah, hanya
ada anak-anak kelas 1-3 yang sedang kerja bakti. Kedatangan SaKI sebelumnya
tidak diketahui oleh guru-guru yang ada (mendadak). Suasana sekolah yang memang
sepi karna siswa kelas 4-6 tengah bertandang ke sekolah lain untuk tanding
sepak bola. Setelah mengutarakan maksud kedatangan KITA Indonesia ke sekolah,
maka para SaKI dipersilahkan untuk bermain dengan para siswa yang baru selesai
kerja bakti.
Di lapangan yang tidak begitu
luas, siswa kelas 1-3 yang jumlahnya tidak mencapai 50 berkumpul. Budi dan Chandra
memberikan beberapa permainan yang mencairkan suasana. Jika diawal kedatangan
SaKI membuat mereka bingung dan terlihat tegang, maka setelah permainan yang
pandu Chandra dan Budi suasana menjadi cair. Gelak tawa terdengar ketika salah
satu SaKI mendapat hukuman. Seperti kakak bertemu adik yang lama tak jumpa.
Semua terlihat akrab. Suasana semakin riuh ketika SaKi memberikan paket alat
tulis dengan memberikan pertanyaan. Antusias siswa sangat terlihat ketika
mendapat pertanyaan dari SaKI. Mereka berlomba untuk medapat kesempatan
menjawab pertanyaan.
Ceritanya Kampanye Sampah
Usai menghabiskan waktu bersama adik-adik di SD Bojong 3, agenda selanjutnya telah menanti. Seperti yang telah diremcanaan sebelumnya, akan ada kampanye lingkungan. Tema kampanye ini yaitu mengajak masyarakat untuk diet plastik. Limbah plastik sulit untuk terurai, sehingga untuk pemusnahannya membutuhkan proses yang panjang. Sementara pengunaan plastik saat ini menjadi bahan pokok bagi manusia. Untuk itu, KITA Indonesia dalam Safarinya yang kedua ini mengajak masyarakat untuk tidak membuang sampah plastik sembarangan dan menggunakan plastik sebijak mungkin.
Bentuk kampanye yang direncakana yaitu dengan mengumpulkan sampah plastik sepanjang perjalanan pulang dari sekolah menuju basecamp. Sempat terjadi perdebatan antara Eqie dan Sita saat itu. Eqie menginginkan para SaKI berjalan kaki menuju basecamp sambil memungut sampah plastik. Sementara Sita tidak setuju, mengingat jarak SD Bojong 3 ke basecamp cukup jauh jika ditempuh dengan jalan kaki. Disisi lain masih banyak agenda kegiatan yang harus dipersiapkan. Perdebatan panas ini akhirnya dimenangkan oleh Eqie. Para SaKI pun berjalan kaki menuju basecamp sambil memungut sampah plastik sepanjang perjalanan.
Ardi, Anisyah, Sita dan Kino tidak turut dalam kampanye lingkungan tersebut. Dengan dua motor, empat SaKI ini menjalankan misi Nata Budaya. Mencari kebudayaan khas dari Desa Bojong untuk didokumentasikan dan direkomendasikan ke pemerintah setempat agar tetap dilestarikan. Dari sumber yang didapat, kesenian khas dari Desa Bojong yaitu Terbang. Sebuah seni yang menyanyikan puji-pujian pada Kanjeng Rasulullah.
bersambung...
0 komentar:
Posting Komentar